Rabu, 16 Juli 2008

PMII Sumenep Protes Tata Niaga Tembakau

Sumenep, CakrawalaIDE - Sebanyak 18 aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Rabu (16/7), menggelar aksi tutup mulut dan telinga di depan gedung DPRD setempat, menyuarakan ketimpangan tata niaga tembakau yang selalu merugikan kalangan petani.
Ketua PMII Sumenep, Moh Muhri Zain mengaku, sengaja menutup mulut dan telinga dengan lakban warna hitam sebagai simbol selama ini pemerintah daerah, DPRD, maupun pengusaha tembakau di Sumenep tidak mau mengayomi kepentingan petani tembakau.

Pengusaha hanya mau untung sendiri dengan cara menetapkan harga tembakau yang tidak proporsional dan akibatnya merugikan petani tembakau.
Sedangkan petani tembakau tidak punya tawar yang tinggi di hadapan pengusaha, dan akhirnya terpaksa menjual tembakaunya pada pengusaha dengan konsekuensi rugi dibandingkan tembakaunya tidak terbeli, katanya mengungkapkan.
Ia menjelaskan, sejak dua tahun lalu, pihaknya sudah berusaha mendesak pemerintah daerah maupun DPRD untuk mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada petani tembakau, agar tidak menjadi "bulan-bulanan" pengusaha tembakau.
"Tapi, pemerintah daerah maupun DPRD saja sama dan tetap tidak bisa mencarikan solusi cerdas, agar pengusaha membeli tembakau dengan harga yang menguntungkan petani. Sejak lima tahun ini, petani tembakau rugi terus dan pengusaha sebaliknya untung terus. Pemerintah daerah dan DPRD gagal dalam mengadvokasi kepentingan rakyat (petani tembakau)", katanya menegaskan.
Tahun lalu, tembakau rajangan yang selama ini dihasilkan petani Sumenep lebih banyak hanya dibeli dengan harga Rp10-12 ribu per kilogram. Bahkan, ada yang hanya Rp4 ribu per kilogram. Padahal, biaya yang dikeluarkan petani minimal Rp25 ribu per kilogramnya.
Dalam aksinya yang dijaga 25 anggota Polres Sumenep, aktifis PMII menyebarkan selebaran yang isinya permintaan pada semua komponen masyarakat untuk membela petani tembakau sampai "titik darah penghabisan", pada pengguna jalan.
Mereka juga membawa poster, antara lain bertuliskan,"Hentikan penindasan terhadap petani tembakau", "Pemerintah daerah, DPRD, kiai, pemodal, mari bersama-sama untuk memperjuangkan petani tembakau", "DPRD jangan main mata dengan pihak gudang (pengusaha tembakau)", "harga tembakau naik, rakyat senang", dan sebagainya.

Tidak ada komentar: